Minggu, 28 November 2010

Tugas Softskill

Obama Ke Indonesia
Inilah beberapa berita menarik mengenai Obama Ke Indonesia pada 9-10 November 2010. Seperti diketahui bahwa Obama Ke Indonesia telah tertunda sebanyak dua kali. Namun apakah kunjungan kali ini juga akan tertunda seperti rencana kunjungan sebelumnya?

Berikut adalah petikan berita mengenai Untung-Rugi Obama ke Indonesia, dimana pemberitaan ini sendiri dilansir oleh situs wartanews.com:

Lawatan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Husein Obama pada 9-10 November 2010, masih menyimpan sejumlah pertanyaan penting, baik bagi dunia muslim di tanah air, maupun bagi masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

Maka tak ayal, jika pro-kontra bermunculan menjelang kedatangan Obama. Bagi para pendukung Obama di Indonesia, mereka menyambut kedatangan orang nomor satu di AS itu, sebagaimana suatu peristiwa hangat yang bersejarah. Barack Obama kecil pernah mengikuti jejak ibunya tinggal selama empat tahun di Indonesia. Beberapa tempat masa kecilnya, seperti sekolah dasarnya di Jalan Besuki, mengenangnya sebagai kunjungan nostalgia.

Namun, terlalu sederhana bila menganggap kunjungan Obama ke Indonesia semata-mata didorong keinginan menapak tilas pengalaman masa kecilnya. Sebelum kunjungan ke Indonesia, beberapa peristiwa penting terjadi di AS. Salah satunya kekalahan Partai Demokrat sebagai pendukung utama Obama dalam pemilu sela yang digelar awal pekan lalu.

Kekalahan ini cukup dramatis karena publik mulai kecewa dengan kebijakan ekonomi Obama yang tak sanggup menekan tingginya angka pengangguran di AS. Itu sebabnya, kunjungan ke Indonesia, seperti kunjungan ke India memiliki makna khusus dalam skala prioritas kepentingan politik dan ekonomi AS. Apalagi, Obama berkali-kali menyebut Indonesia sebagaia mitra strategis karena letak geografinya yang menjadi jalur dagang dan lintas energi utama AS.

Selain itu, jumlah penduduk Indonesia keempat terbesar di dunia. Indonesia negara demokrasi ketiga terbesar di dunia, negara terbesar di ASEAN, berpenduduk muslim terbesar, penyedia sumber daya alam bagi keperluan dunia, dan salah satu negara yang mampu bertahan memelihara pertumbuhan ekonominya pasca krisis keuangan dunia 2008.

Itu sebabnya, kunjungan Barack Obama ke Indonesia dan negara Asia lainnya, ingin memberikan beberapa insentif agar mau menjadi mitra strategisnya. Apalagi, AS tahu jika Indonesia memiliki hubungan khusus dengan Cina dalam hal ekonomi yang bisa menyisihkan peran AS. Hal ini dibuktikan dengan kunjungan beberapa pejabat negara ke Cina beberapa pekan lalu. Indonesia dan negara ASEAN lainnya tetap melihat Cina sebagai mitra strategis yang tak kalah penting dibandingkan AS.

Pertanyaannya, kenapa hubungan Cina-Asia tampak lebih dekat ketimbang AS-Asia? Profesor Chang Heng Chee dari National University of Singapore pernah mengatakan negara-negara Asia merasa ditinggalkan AS saat krisis ekonomi 1997-1998. Ketidaksungguhan dan kegagalan AS membantu mencegah kemerosotan mata uang Baht Thailand, Ringgit Malaysia, Rupiah Indonesia, Dolar Singapura, dan Peso Filipina, telah mengecewakan para pemimpin Asia dan ASEAN.

Akibatnya, bangsa-bangsa di ASEAN yang harus menanggung beban berat akibat krisis ekonomi yang membuat bangsa-bangsa kawasan ini menjadi miskin karena pendapatan per kapita rakyatnya merosot tajam.

Perlakuan dan kebijakan IMF dan Bank Dunia dalam mengatasi krisis ekonomi di Asia, di mana kedua badan dunia itu dikendalikan AS, ternyata keliru (malpraktik) dan justru mempersulit pemulihan ekonomi di Asia. Inilah yang membuat Indonesia dan negara Asia lainnya terjerembab ke dalam krisis ekonomi yang relatif lama. Untuk itulah, saat dampak krisis keuangan global pada tahun 2008 lalu menerjang Indonesia. Pemerintah Indonesia tak mau lagi melibatkan IMF untuk menyuntikkan dana bantuan.

Di sisi lain, kebijakan politik luar negeri AS di Timur Tengah yang merupakan mitra strategis Indonesia juga masih tarik ulur. Hal ini diperparah dengan ketidakmampuan AS menekan Israel untuk mematuhi hasil perundingan perdamaian Israel-Palestina. Sehingga dengan sendirinya perdamaian yang diusung Quartet Internasional akhirnya kandas.

Dalam beberapa kali kesempatan, Obama juga tak tegas untuk menarik semua pasukan AS dari Irak dan Afghanistan. Meskipun, jumlah pasukan AS di dua negara jajahannya itu mulai berkurang ketimbang era Presiden George W Bush.

Meski begitu, politik AS di bawah Obama relatif lebih sejuk dibandingkan pendahulunya George Walker Bush. Dalam menghadapi masalah, Obama tidak hanya menggunakan kecerdasan intelektualnya, tapi juga naluri dan inspirasi pribadinya. Nalurinya condong ke arah konsiliasi dan menghindari konfrontasi. Inspirasi pribadinya telah mewarnai pergeseran strategis arah politik luar ne-geri AS.

Sementara George Bush mengandalkan hard power dalam meraih tujuan politik luar negeri AS, Obama lebih menggiatkan diplomasi, mengutamakan multilateralisme, dan memanfaatkan soft power sebagai instrumen politik luar negeri. Secara spesifik, Obama menginginkan AS lebih membaur dengan masyarakat internasional, tidak terisolasi, dan menyumbangkan kepemimpinannya dalam memecahkan masalah global.

Pergeseran politik luar negeri AS setidaknya membawa keuntungan bagi Indonesia sebelum kunjungan Presiden Obama ke tanah air. Obama memerlukan Indonesia, sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar untuk menyakinkan publik Amerika atas rencananya memulihkan citra AS di mata dunia muslim.

Di sisi lain Indonesia berkepentingan memaksa Amerika untuk membantu pemulihan ekonomi dan bidang strategis lainnya yang selama ini menjadi fokus pemerintah.
Meskipun tidak ada jaminan jika AS memberikan nilai lebih kepada Indonesia. Hubungan baik yang sudah terbina selama ini tidak dengan sendirinya akan membantu posisi Indonesia.

Siapapun presiden yang datang ke Indonesia, kita harus ingat bahwa sistem politik Amerika yang sangat plural membuka kemungkinan bagi munculnya isu-isu tunggal seperti terorisme (radikalisme Islam).

Koalisi antara lobi-lobi yang mendukung isu-isu ini dengan media massa dan beberapa anggota Kongres tertentu akan dapat membentuk suatu kekuatan ampuh yang dapat memojokkan posisi Indonesia dalam masalah terorisme dan hak asasi manusia. Dalam hal ini tampaknya ideologi partai tidak lagi banyak menentukan mengenai sikap seorang anggota Kongres dalam masalah-masalah di atas.

Berikut adalah pemberitaan lain mengenai kedatangan Obama, yaitu bahwa kedatangan itu sendiri tidak akan terpengaruh dengan Gunung Merapi yang masih terus beraktivitas, dimana berita ini sendiri bersumber dari okezone.com

Pihak Gedung Putih mengatakan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama tetap akan melakukan kunjungan ke Indonesia, meskipun Gunung Merapi terus menunjukan aktivitas yang membahayakan.

Juru bicara Gedung Putih Robert Gibss menyatakan, pejabat AS masih terus memonitor kondisi yang terjadi di Indonesia saat ini. Tetapi, Gibss memastikan rencana kunjungan ke Indonesia akan tetap berlangsung.

Seperti dilansir Associated Press, Senin (8/11/2010), kekhawatiran akan debu yang berasal letusan Gunung Merapi memang membuat jadwal penerbangan internasional ke Jakarta, banyak dibatalkan.

Indonesia sendiri dijadwalkan menjadi negara kedua dari perjalanan Obama ke di Asia. Presiden kulit hitam pertama AS tersebut sempat dua kali membatalkan kunjungannya ke Indonesia.

Kunjungan pada Maret dibatalkan terkait rencana pengesahan undang-undang kesehatan. Tiga bulan kemudian Obama kembali embatalkan kunjungannya ke Indonesia terkait kebocoran kilang minyak di Teluk Meksiko.



Merapi Meletus, 8.240 Nasabah Bermasalah
Total kredit yang berpotensi macet sebesar Rp228 miliar. Ini termasuk BPR dan bank umum.

VIVAnews - Bank Indonesia Yogyakarta menyatakan, pascaerupsi Merapi hingga tanggal 25 November 2010 terdapat 8.240 nasabah bank, baik bank umum maupun bank perkreditan rakyat, yang bermasalah dengan angsuran kreditnya. Jika dihitung dengan jumlah angsuran yang harus dibayarkan oleh nasabah mencapai Rp228 miliar.

Kepala Kantor Bank Indonesia (BI) Yogyakarta Dewi Setyowati mengatakan, sebelum terjadinya erupsi Merapi nasabah yang berpotensi mengalami kredit macet hanya 3.655 rekening senilai Rp106 miliar.

"Artinya terjadi peningkatan yang lumayan tinggi,” kata Dewi di Yogyakarta, Jumat 26 November 2010

Dari 8.240 rekening yang potensi macet,sebagian besar nasabah merupakan korban erupsi merapi. Berdasarkan pemilihan dan data dari Kabupaten Sleman, debitur yang terkena dampak langsung dari letusan Merapi sebanyak 4.009 rekening dengan total nilai kredit sebanyak Rp63,9 miliar.

Potensi kredit bermasalah di Sleman akibat letusan Merapi itu pun berasal dari kredit yang dikucurkan 54 BPR di DIY untuk 6.163 debitur dengan total kredit Rp89,6 miliar. Selain itu dari bank BUMN sebanyak Rp55 miliar (705 debitur) serta Rp83,7 miliar dari bank umum swasta (1.382 debitur).

“BI Yogyakarta saat ini terus melakukan update nasabah yang mengalami kreditnya macet akibat dampak langsung maupun tidak langsung bencana Merapi,” ujarnya

BI Yogyakarta telah mengirimkan usulan untuk dikeluarkannya peraturan BI terkait kebijakan keringanan kepada nasabah yang terkena dampak letusan Merapi ke Gubernur BI sejak 10 November 2010 lalu. “Saat ini sedang dibahas,” katanya.

Lebih lanjut Dewi mengatakan, pascaerupsi Merapi kinerja perbankan di Sleman sudah kembali normal meski status merapi masih awas dan ada zona rawan bencana pada 15 kilometer dan 10 kilometer di Kabupaten Sleman.

“Hanya satu kantor kas BRI di Kecamatan Cangkringan Sleman yang hingga saat ini masih tutup karena mengalami kerusakan parah,” katanya.

Laporan: Juna Sanbawa l Yogyakarta

• VIVAnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar